Kamis, 15 Maret 2018

Hubungan dengan Allah adalah asset terbesar


Hubungan Manusia dengan Allah (`alaa qatul insaanu billah)

Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia sebagai mahluq yang diciptakan Allah SWT, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya denganNYA. Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar  manusia akan  mengikuti sunatullah yang berlaku di alam semesta ini. Sesungguhnya hubungan antara Allah dan manusia sudah disadari oleh sebagian besar manusia sejak dahulu.  Mereka sudah mendudukkan Allah sebagai Rabb (pencipta alam semesta)  tapi mereka masih terhalangi, baik oleh kejahilan atau kesombongan,  untuk menempatkan Allah sebagai Ilah (yang disembah/diabdi), QS 39:67. Manusia yang demikian belumlah sempurna kehidupannya karena ia telah mengingkari  sesuatu  yang hak dan telah berlaku dhalim, dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang salah.  Mereka telah mempatkan  mahluq (hidup ataupun mati) sebagai ilah mereka.
Oleh karena itu seorang mukmin harus memahami bagaimana  hubungan  yang  seharusnya dibina dengan Allah SWT, sebagai Rabb-nya dan Ilah-nya.  Hal yang penting  didalam membina hubungan itu, manusia  harus lebih dahulu  mengenal betul  siapa Allah. Bukan untuk   mengenali zatNYA, tetapi mengenali  landasan dasar-NYA (masdarul ´ulmu)/ilmu-ilmu Allah. (QS 35:28,  49:18). Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Allah, akan timbul rasa kagum dan takut  kepada Allah SWT sekaligus menyadari betapa kecil dan hina dirinya. Pemahaman itu akan  berlanjut  dengan  kembalinya  ia pada hakikat penciptaannya dan mengikuti landasan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT (QS 96:5).  Ia  menyadari  ketergantungannya kepada Allah dan merasakan keindahan iman kepada Allah.
Ada tiga hal yang dapat dijelaskan didalam hubungan antara manusia (mukmin) dan Allah setelah manusia mengenali Allah dengan benar. Pertama, pengenalan tersebut akan  mebuahkan hubungan yang indah denganNYA. Hubungan itu akan ditandai dengan adanya  rasa mahabah (cinta) yang sangat tinggi terhadap Allah.  Bahkan  mengalahkan  rasa cinta nya kepada  manusia lain ataupun benda yang dimilikinya. Ia memiliki tanda-tanda cinta seperti yang telah Allah gambarkan didalam surat Al Anfal :  2. Rasa cinta tersebut akan membuatnya selalu optimis dan dinamis didalam kehidupannya sebagai seorang mukmin, yang  membuat   jiwanya selalu  stabil  didalam berbagai kondisi.
Kedua,  Di dalam Al Qur`an,   Allah mengibaratkan  hubungan manusia (mukmin) dan Allah itu adalah seperti  hubungan  tijarah (jual beli) yang akan menyelamatkan orang-orang mukmin dari azab  yang pedih. Jual beli itu berupa keimanan kepada Allah swt dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa (QS 61: 10-11).  Selain itu Allah juga mengibaratkan `amal sholih  seorang mukmin sebagai  pinjaman  yang diberikan kepada Allah.  Dimana  pinjaman itu  akan Allah  beli dengan harga yang sesuai dengan penilaian Allah. Pinjaman itu dapat berupa tenaga ataupun harta.  Walaupun  hakikatnya semua harta di langit dan di Bumi adalah milik Allah dan diberikan sementara untuk manusia.  Tetapi jika manusia gunakan harta itu untuk menegakkan  kalimat Allah, maka Allah akan menganggapnya sebagai suatu pinjaman.  Dan  Allah akan mengembalikan pinjaman itu dengan berlipat ganda dan tidak terbatas (QS 64:17, 2:261).
Ketiga,  hubungan  manusia (mukmin) dan Allah  itu ditandai dengan adanya  kontrak kerja yang  menjadi kewajiban manusia, yaitu  berupa  `amal sholih.  Manusia terikat dan terlibat didalamnya.  Baik  `amal yang bersifat  umum (ibadah)  maupun ´amal khusus (da`wah).  Amal tersebut  lebih dari sekedar untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk  mengajak orang lain beribadah. Sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin memisahkan diri, tetapi ia harus selalu berhubungan dengan manusia (berjamaah).
Jika dipahami lebih jauh dari  tiga pengertian di atas. Maka dapat diibaratkan manusia itu sebagai  penjual  `Amal sholih dan Allah sebagai  pembelinya.  Dua hal milik manusia yang dapat ditawarkan adalah hartanya (amwal) dan  dirinya (anfus). Harta sebagai sarana dan prasarananya dalam mengerjakan `amal sholih, sedangkan dirinya/jiwanya  sebagai komitmen selanjutnya.  Penjualan itu haruslah berkualitas ihsan (mejual yang  terbaik) sehingga akan menimbulkan keridhoan Allah SWT.  Dimana `Amal sholih nya itu dilakukan atas dasar karena Allah (lillah), dengan caraNya (billah) dan untukNya (fillah). Allah akan membeli yang terbaik dari manusia dan Allah telah berjanji untuk membayarnya dengan Jannah, dialam yang kekal nanti. (QS. 61:10,  9:105, 111).
Adapun bentuk jual beli yang termahal dan dihargai begitu tinggi oleh Allah adalah berjihad dijalanNya. Inilah sebaik-baiknya pinjaman. Berjihad berarti ia berusaha sekuat tenaga dan  rela mengorbankan apapun didalam perjuangan menegakkan kalimat Allah. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasululloh dan para Shahabat. Jalan yang jauh dari kesenangan dunia.  Mukmin yang berjihad adalah mukmin yang sudah menghayati dan meng‘amalkan makna syahadat. Makna syahadat yang tidak hanya menghiasi lisannya tapi sudah tergambar didalam tingkah laku dan àmal perbuatannya.  Kehidupan seorang mukmin, merupakan bukti dari pengertian pengakuan akan  ke-Ilahan Allah dan  ia akan mempertahankan  terus  hingga kematiannya. Bagi mukmin tersebut, kematiannya bernilai Syahid  yang tetap hidup disisi Allah dan tidak ada tempat baginya selain di Syurga
Sumber:  http://ukhuwah-i.tripod.com/aqi01.html
Kesimpulan:
Ada banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam  kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah keharusan menjalin habulum minallah (hubungan yang baik kepada Allah). Hal ini ditekankan karena manusia sangat membutuhkan Tuhan dan Tuhan yang sesungguhnya adalah Allah Swt, manusia itu makhluk sosial, dia tidak bisa hidup sendirian karenanya ia membutuhkan manusia lain yang dapat berinteraksi secara baik untuk bisa mewujudkan kehidupan yang baik. Manusia juga membutuhkan tuhan dan tuhan kita sebagai umat muslim adalah Allah swt. Menjalin hubungan baik kepada Allah Swt bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Manusia telah dicipta oleh Allah Swt, bagaimana mungkin kita tidak mau menyembah dan mengabdi kepada sang pencipta, sedangkan Allah telah memberikan kehidupan pada kita, maka sebenarnya asset yang berharga dalam kehidupan ini adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah sang pencipta. Sebagai muslim, kita tidak dibenarkan melakukan syirik, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil. kita melakukan syirik yang besar yakni menuhankan atau menyembah selain Allah Swt, karena rasanya hal itu tidak mungkin orang yang mengaku muslim tapi menuhankan selain Allah Swt. Maka sangat penting sekali menjaga hubungan baik kita dengan Allah.

Jumat, 09 Maret 2018

Management Assset


A. Definisi Manajemen Aset
Menurut Gima Sugiama, Manajemen Aset adalah ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan, atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien.
Menurut Siregar, Manajemen aset adalah salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang atau populer di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi.
Menurut Prawoto, "Manajemen aset adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, ekonomi, tekhnik mesin, dan praktek kerja yang diterapkan pada aspek fisik dengan tujuan agar mampu menyediakan tingkat pelayanan prima dengan biaya yang paling efisien."

Sumber: http://www.pelajaran.co.id/2017/06/pengertian-manajemen-aset-tujuan-contoh-aset-dan-siklus-manajemen-aset.html
Sumber: https://managementasset.wordpress.com/
Kesimpulan menurut saya:
Proses pengambilan keputusan sesuai dengan penggunaan dan dari asset tersebut, untuk menunjukan kejelasan status kepemilikan asset tersebut.






Ruang Lingkup Manajemen Aset
Inventarisasi Aset
Penilaian Aset
Optimalisasi Aset
Pengembangan system informasi Manajemen
Pengawasan dan Pengadilan
Sumber: ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/download/807/767
Kesimpulan:

Manajemen aset merupakan keilmuan hibrida yang muncul, tumbuh dan didasari oleh kolaborasi beberapa keilmuan atau lintas disiplin ilmu. Beberapa keilmuan yang secara langsung mendasarinya terutama ilmu yang mempelajari fasilitas fisik, misalnya teknik sipil, ilmu manajemen dan organisasi, ilmu keuangan dan akuntansi, ilmu hukum khususnya mengenai aspek legat aset, dan teknologi informasi.
  Ilmu hibrida adalah ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu




Hubungan Manajemen Aset dan MD

Kehadiran calon da’i yang memiliki integritas sisi manajerial dan keilmuan yang layak sangatlah dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam. Itulah kiranya di antara alasan mencuat jurusan manajemen dakwah di lingkungan UIN/ IAIN. Tampilnya jurusan ini sangat diharapkan oleh oleh UIN/IAN (sebagai pembuat produk adanya jurusan) dapat menelurkan para alumni yang memiliki skill manajerial dalam mengelola lembaga dakwah Islam (baik yang berorientasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial keagamaan maupun budaya dan informatika/ media cetak), yang dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatinya dan bermanfaat bagi kemajuan dan tegaknya izzul islam wa almuslimin. Sebagai stack holder (lembaga-lembaga dakwah dan kemasyarakatan) juga sangat menantikan dalam mengelola lembaga dakwah yang mereka pimpin agar lebih efektif.
Hubungan dengan manajemen asset adalah manajemen dakwah sudah memiliki kejelasan status kepemilikan aset, inventarisasi dan masa pakai asset. Setiap anggota yang terhubung dengan manajemen dakwah (mahasiswa, dosen, alumni, dll)  harus dapat mengoptimalisasi penggunaan dan pemanfaatan untuk meningkatkan pendapatan di mana aset berstatus sebagai idle capacity dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkan yang ditetapkan, selain itu warga manajemen dakwah harus jeli dalam melakukan pengoptimasisasi asset sehingga dapat mengidentifikasikan dan mengetahui pemanfaatannya untuk apa, diperuntukkan untuk siapa dan mendatangkan pendapatan bagi asset manajemen dakwah jika mampu mengelola aset sesuai dengan aturan yang berlaku, pengamanan asset, dan dasar penyusunan asset maka citra atau nama Manajemen dakwah akan meluas dan dipercaya akan kedepaanya .
Sumber: http://artickelir.blogspot.co.id/

Hubungan dengan Allah adalah asset terbesar

Hubungan Manusia dengan Allah (`alaa qatul insaanu billah) Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang...